Dalam kehidupan sehari-hari, hubungan yang sehat menjadi salah satu pilar penting bagi kesejahteraan psikologis seseorang. Namun, ketika sebuah hubungan berubah menjadi toxic relationship atau hubungan yang merusak, dampak negatifnya dapat meluas, tidak hanya pada kesehatan mental, tetapi juga pada perilaku seseorang.
Apa Itu Gangguan Perilaku?
Gangguan perilaku adalah kondisi psikologis yang ditandai oleh pola perilaku negatif, melanggar norma sosial, dan sering kali berlangsung dalam jangka waktu lama. Individu dengan gangguan perilaku biasanya mengalami kesulitan mengontrol emosi dan tindakannya, yang dapat terlihat dalam bentuk agresi, emosi yang tidak stabil, atau ketidakmampuan mengelola tekanan.
Mengenal Toxic Relationship
Toxic relationship adalah istilah yang menggambarkan hubungan yang penuh dengan elemen-elemen merusak, seperti manipulasi, kekerasan verbal, atau bahkan fisik. Hubungan semacam ini dapat menyebabkan ketidaknyamanan mendalam, mengurangi rasa percaya diri, dan bahkan memicu trauma berkepanjangan pada korban.
Bagaimana Toxic Relationship Memicu Gangguan Perilaku?
Toxic relationship sering kali melibatkan perilaku manipulatif seperti gaslighting, yaitu tindakan yang membuat korban meragukan realitasnya sendiri. Pelaku toxic relationship juga cenderung menggunakan kekerasan verbal atau fisik untuk mengontrol pasangannya. Situasi ini dapat memicu korban mengalami kecemasan, stres kronis, hingga gangguan perilaku seperti isolasi sosial dan kepercayaan diri yang rendah.
Faktor yang Mendorong Munculnya Toxic Relationship
- Pola Asuh Buruk: Orang tua yang tidak memberikan kasih sayang cukup dapat memicu individu mencari perhatian berlebihan dari pasangan.
- Pengalaman Masa Lalu: Trauma dari hubungan sebelumnya sering menyebabkan trust issues.
- Toleransi Perilaku Buruk: Ketika individu menerima kekerasan verbal atau fisik karena alasan cinta, tindakan tersebut terus berulang tanpa disadari.
Dampak Negatif yang Muncul
Toxic relationship memiliki dampak jangka pendek dan panjang. Dari segi psikologis, korban bisa mengalami stres, kecemasan, atau ketakutan berlebih. Sementara itu, dari sisi fisik, ketegangan emosional dapat memengaruhi sistem pencernaan, hormon, hingga menyebabkan luka fisik akibat kekerasan.
Mencegah dan Menangani Toxic Relationship
Edukasi menjadi langkah awal dalam mencegah hubungan toxic. Mengenali tanda-tanda seperti perubahan mood yang ekstrem, perilaku kasar, atau kontrol berlebihan adalah hal penting. Jika seseorang sudah menjadi korban, langkah terbaik adalah mencari dukungan dari keluarga, teman, atau ahli seperti psikolog untuk memulihkan rasa percaya diri.
Kesimpulan
Toxic relationship bukan hanya masalah hubungan, tetapi juga ancaman serius bagi kesehatan mental dan fisik. Dengan edukasi, kesadaran, dan keberanian untuk bersikap tegas, individu dapat melindungi dirinya dari hubungan yang merusak. Dalam konteks ini, penting untuk selalu memilih menjaga kesehatan diri sebagai prioritas utama. (Ditulis oleh : Feodora Aulia Zharfannessa. Jurusan Psikologi Universitas Brawijaya)
Referensi:
Setiawati, Y., Ardani, I.G.A.I. (2019). Penatalaksanaan Modifikasi Perilaku Pada Gangguan Tingkah Laku.
Nadia, N.N. (2023). Perilaku Toxic Relationship Terhadap Kesehatan Remaja di Kota Makassar.
Priscilia, Punia, I.N., Mahadewi, N.M.A.S. Fenomena Perilaku Toxic Relationship.