seni burok pertama kali dikenalkan pada tahun 1934 silam. Seni yang berasal dari Desa Kalimaro ini terinspirasi dari kisah perjalanan Isra Miraj Nabi Muhammad SAW. Dalam kisah tersebut, Nabi SAW melakukan perjalanan dari Masjidil Haram di Kota Mekkah menuju Masjidil Aqsa di Palestina, dan melanjutkannya ke Sidratul Muntaha yang berada di lapisan langit ke tujuh. Di perjalanannya tersebut Nabi SAW mengendarai Buraq, makhluk Allah yang menyerupai kuda bersayap. Dari kisah tersebut, sejumlah seniman mereplikasi bentuk Buraq menjadi sebuah kesenian. Buraq dibuat dalam bentuk bedawang, yaitu semacam kurungan yang dihias dengan bentuk kepala yang dapat digoyangkan. Seiring perkembangan zaman, seni burok kerap dihadirkan dalam acara-acara tertentu seperti khotmil quran, khitanan, atau pawai karnaval. Penampilan seni burok dijadikan sarana hiburan dengan iringan musik seperti gamelan. Kesenian ini memiliki makna positif antara lain sebagai bentuk syukur atas rezeki yang diberikan kepada manusia. Selain itu seni burok juga dinilai sebagai sarana untuk mengingat kekuasaan Allah SWT.